Langsung ke konten utama

Informasi Obat Amitriptilin

AMITRIPTILIN

Golongan: Anti depresi dan anti mania

Indikasi: Sebagai antidepresi, enurisis nokturnal pada anak yang tidak mengalami kelainan organik, gangguan kecemasan (ansietas), bulimia nervosa.

Perhatian Pada Penggunaan Off Label: Tidak ada data

Stabilitas dan Penyimpanan: Simpan ditempat yang terhindar dari cahaya.

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap amitriptilin atau komponen sediaan lainnya, sensitifitas silang mungkin terjadi dengan trisiklik lainnya; penggunaan inhibitor MAO selama 14 hari; Fase pemulihan infark miokard, pemberian bersama cisaprid.

Peringatan dan atau Perhatian: Hati-hati untuk pengemudi atau operator mesin karena sering menyebabkan mengantuk. Efek sedasi mungkin bertambah dengan penggunaan antidepresan lain/alkohol. Psikosis mungkin memburuk pada beberapa pasien atau menimbulkan mania atau hipomania pada pasien penyakit bipolar. Mungkin menimbulkan hiponatremia. Harus dihentikan sebelum operasi elektif. 
Terapi jangan dihentikan tiba-tiba untuk pengguna jangka panjang. Dapat menimbulkan hipotensi ortostatik sehingga hati-hati untuk pasien hipotensi sementara atau yang beresiko menderita hipotensi. 
Hati-hati pada penderita retensi urin, hiperplasia prostat, glakoma sudut sempit, xerostamia, gangguan visual, konstipasi, atau obstruksi saluran cerna, karena efek antikolinergik amitriptilin. 
Hati-hati pada penderita diabetes karena mengubah glukosa kontrol. Kemungkinan bunuh diri pada penderita depresi berat, hati-hati pada pasien resiko tinggi di awal penggunaan, monitor pasien. 
Tidak dianjurkan untuk anak kecil <12 tahun. Hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit karidiovaskuler, dengan riwayat kejang, dengan hipertiroid dan dengan disfungsi ginjal dan hati serta pasien tua.

Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki: Efek samping lain (1-10% pasien) : bengkak, gagal jantung kongerstif, hipertensi, takikardi, aritmia, hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi,sepsis, perubahan berat badan, asma, sindrom seperti flu,hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi pernafasan

Interaksi Dengan Obat Lain: Meningkatkan efek amfetamin, antikolinergik, sedativ, hipnotik, etanol, karbamazepin, tolazolamid, klorpropamid, warfarin. Bila digunakan dengan inhibitor MAO : hiperpireksia, hipertensi, takikardia, bingung, kejang, kematian (sindroma serotonin).
Dengan ritonafir : juga dapat terjadi (jarang) sindroma serotonin. Efek amitriptilin meningkat oleh klorpromazin, delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, dan penghambat CYP2D6 lainnya.
Amitriptilin menghambat respons antihipertensif betanidin, clonidin, debrisoquin, guanetidin, guanabenz, guanfacine

Interaksi Dengan Makanan: Pemberian bersama alkohol : peningkatan depresi SSP. Jus grapefruit mungkin menghambat metabolisme beberapa antidepresan trisiklik sehingga terjadi toksisitas klinik.
Obat herba : St John's Wort menurunkan efek amitriptilin, valerian, kava-kava, gotu kola : mungkin meningkatkan depresi SSP.

Bentuk dan Kekuatan Sediaan: Tablet sebagai HCl 25 mg

Sumber: PIO BINFAR KEMENKES

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ciri-Ciri Obat Rusak

OBAT RUSAK Jangan menggunakan obat bila: Tanggal Kadaluwarsa Obat Telah lewat masa kadaluwarsa (Expired Date) Label atau tanggal kadaluwarsa pada kemasan obat sudah tidak terbaca Warna dan bentuk obat sudah berubah dari kondisi awal Kemasan terkecil obat telah rusak Ciri-Ciri Obat yang Tidak Layak Konsumsi Obat Padat (Tablet, Kapsul, Serbuk, dll) jangan dikonsumsi jika: Warna, rasa dan bau sudah berubah Kemasan menggelembung atau rusak Dimensi obat (ketebalan obat atau panjang obat) terlah berubah Terdapat bintik-bintik tidak homogen pada obat Tablet retak atau berubah menjad bubuk Tablet atau kapsul menjadi lengket satu sama lain Tulisan pada tablet telah memudar Jika obat dalam bentuk serbuk atau puyer, serbuknya telah menggumpal Obat Cair (Sirup, Suspensi, Emulsi, Eliksir, dll) jangan dikonsumsi jika:

Bentuk Sediaan Obat (Part 2)

9.  Implan (Implants) Contoh sediaan implan Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan yang dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam angka waktu lama. 10.    Infus (Infusa) Contoh sediaan infus Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstaksi simplisia nabati dengan air pada suhu 30 o selama 15 menit. 11.  Inhalasi (Inhalation) Contoh sediaan inhalasi Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspensi terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut untuk memperoleh efek lokal atau sistemik. 12.     Injeksi (Injectiones) Contoh sediaan inhalasi Injeksi adalah sediaan steril untuk kegunaan parenteral . Pembuatan sediaan yang akan digunakan

Bentuk Sediaan Obat (Part 1)

  Menurut Farmakope Indonesia edisi IV  terdapat bermacam-macam bentuk sediaan obat, antara lain:                        Contoh sediaan aerosol nasal                 Contoh sediaan kapsul 1. Aerosol (Aerosolum)  Aerosol adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan,  mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topical pada kulit dan juga pemakaian local pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi). 2. Kapsul (Capsule) Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunakyang dapat larut. Cangkang umumnya dibuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Biasanya obat yang dibuat dalam sediaan kapsul ditujukan untuk menutupi rasa atau bau yang tidak enak dari zat aktif obat tersebut.   3.    Tablet (Compresii)                  Contoh sedi